Sukseskan Program Food Estate, PPs-UPR Gelar Webinar seri#7 tentang Potensi Lahan di Kalimantan Tengah untuk Ketahanan Pangan Nasional

PALANGKA RAYA – Program Food Estate di wilayah Kalimantan Tengah, merupakan salah satu program strategis nasional, utamanya dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Untuk mensukseskannya, dibutuhkan berbagai bentuk dukungan dari semua pihak, tidak terkecuali pula masukan dan pemikiran positif dari kalangan civitas akademisi.

Adanya hal tersebut, sehingga melatarbelakangi Program Pascasarjana Universitas Palangka Raya (PPs-UPR) menggelar kegiatan Webinar seri#7 tentang Potensi Lahan di Kalimantan Tengah untuk Ketahanan Pangan Nasional, melalui sambungan virtual zoom meeting, Senin (18/10/2021) pagi.

Di mana kegiatan webinar seri #7 ini, menghadirkan narasumber Dr. Andy Bhermana, SP, MSc dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah, dan dipandu secara interaktif oleh moderator Agung Wibowo, PhD.

Kegiatan diikuti sedikitnya oleh 60 orang peserta yang berasal dari kalangan civitas akademisi Program Pascasarjana UPR, baik itu dosen, mahasiswa, alumni dan peneliti dari Program Pascasarjana UPR.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur PPs-UPR Prof. Dr. Ir. Yetrie Ludang, MP menyampaikan bahwa kegiatan ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Pangan se-Dunia yang biasanya diperingati setiap tanggal 16 Oktober pada tiap tahunnya.

Melalui kegiatan ini pula, diharapkan sebagai salah satu bentuk kontribusi positif, dengan cara menggali masukan dan pemikiran dari kalangan civitas akademisi, terdiri dari dosen, mahasiswa, alumni dan peneliti di Program Pascasarjana UPR, dalam upaya turut mensukseskan program Food Estate di wilayah Kalimantan Tengah, serta mewujudkan Kalimantan Tengah sebagai daerah penyangga Ibukota Negara Baru.

Lanjut Prof. Yetrie MP., mengatakan sebagaimana adanya UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan “Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal,” ungkapnya.

Sambung Guru Besar yang ahli di bidang Klimatologi Hutan dan Manajemen Industri ini juga menuturkan saat ini pemerintah menyadari bahwa mulai susutnya areal pangan, termasuk sawah untuk padi, hingga menjadikan ketahanan pangan sebagai bagian dari ketahanan nasional.

Oleh sebab itu, pemerintah pun berusaha untuk mewujudkan food estate pada sebuah kawasan pangan. Di mana, kawasan Food estate itu terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya berada di daerah Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas.

“Program jangka panjang itu berupa langkah penyediaan lahan baru, rehabilitasi lahan yang ada dengan meningkatkan sarana pendukung produktivitas lahan, terutama dari sisi pengairan dan drainase di lahan berawa,” ucap Direktur PPs-UPR.

Guru Besar yang selalu memiliki ide cemerlang ini juga mengutarakan bahwa program Food Estate memanfaatkan luasan lahan sekitar 600 ribu hektar (ha). Yang merupakan, sisa lahan dari program sawah sejuta hektar di era Orde Baru, program food estate dipancangkan di Kalimantan Tengah Sampai 2023, lahan pertanian seluas 140.000 ha tersedia.

“Karena pentingnya ketahanan pangan dan melihat potensi lahan yang ada di wilayah Kalimantan tengah, terlebih lagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih mewabah, sehingga melatarbelakangi kita menggelar kegiatan Webinar ini,” imbuhnya.

Sementara itu, pada kegiatan dan waktu yang sama, narasumber kegiatan Dr. Andy Bhermana, SP., MSc menyampaikan materi terkait sejumlah data kondisi lahan di wilayah Kalimantan Tengah, utamanya terkait potensi lahan yang digunakan untuk menunjang kesuksesan pelaksanaan program Food Estate, terutama dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan di wilayah Kalimantan Tengah.

Dalam paparan, Dr. Andy yang juga memiliki kepakaran di bidang Ilmu Tanah, Agroklimatologi dan Hidrologi ini memberikan gambaran terkait karakteristik lahan, potensi varietas tanaman pertanian yang dapat dikembangkan dan dibudidayakan.

“Sebenarnya untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayah Kalimantan Tengah, varietas tanaman pertanian yang dapat dikembangkan tidak hanya padi, tapi melainkan juga bisa ditanami varietas tanaman alternatif lainnya, seperti singkong dan Ubi Gayong,” terang Dr. Andy yang memiliki bidang keahlian tentang Sistem Informasi Geografis (GIS); Penginderaan Jauh (RS) dan Perencanaan Penggunaan Lahan.

Lebih dalam, Dirinya juga menyebutkan sekedar untuk diketahui bersama bahwa program ketahanan pangan di wilayah Kalimantan Tengah, tidak hanya terfokus di daerah Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas, tapi ada juga daerah-daerah pendukung lainnya, seperti Kabupaten Gunung Mas, Murung Raya dan Lamandau.

“Memang program Food Estate, memiliki jangka waktu yang cukup panjang. Dan, itu memang membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat. Untuk itu, diperlukan sebuah masukan dan pemikiran dari para ahli, termasuk pula masukan dan pemikiran dari civitas akademisi yang terdiri atas dosen, mahasiswa dan peneliti,” katanya lagi.

Dr. Andy menambahkan bahwa dirinya sangat menyambut baik atas penyelenggaraan kegiatan webinar ini. Diakhir paparan, ia juga menyampaikan closing statement yakni dalam penyusunan sebuah kebijakan terkait ketahanan pangan, harus didasari data yang real time.

“Dalam penyusunan kebijakan terkait ketahanan pangan, jangan pernah sesekali memainkan data. Sebab, apabila data dipermainkan maka capaian akhir atau tujuan dari sebuah kebijakan dipastikan tidak akan pernah tercapai atau bahkan bisa terancam gagal, karena memang sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan” tandasnya.

Sebagai informasi, animo peserta untuk mengikuti kegiatan terbilang cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan jumlah peserta yang mencapai sekitar 60 orang, berasal dari kalangan civitas akademisi Program Pascasarjana UPR, baik itu dosen, mahasiswa, alumni dan peneliti.

Kegiatan juga berjalan dengan menarik, karena dipandu oleh moderator yang interaktif yakni Agung  Wibowo, PhD.

Banyak masukan berupa pemikiran-pemikiran yang bersifat membangun disampaikan, baik itu dari narasumber maupun peserta, utamanya pada sesi tanya jawab. (YS)

Sumber: Kaltengnews